Pendeta André Valadão mungkin dilarang berkhotbah dan bahkan diekstradisi, kata pengacara – Hubungan Politik

Pendeta André Valadão, target penyelidikan oleh Kementerian Publik Federal untuk homofobia, seperti yang diantisipasi oleh Koneksi Politik, dapat dicegah untuk berkhotbah dan juga diekstradisi dari Amerika Serikat ke Brasil.

Penilaian dilakukan oleh pengacara Jacqueline Valles, Magister Hukum Pidana. Kepada Estadão, dia mengatakan bahwa dugaan kejahatan seputar pemimpin agama itu dapat dihukum hingga lima tahun penjara. Selain homofobia, pendeta dapat dijebak karena 'menghasut kejahatan', katanya.

“Pasal 7 KUHP memaksakan teritorial Brasil bahkan pada kejahatan yang tidak dilakukan di sini, seperti dalam kasus ini”, bantah ahli hukum.

Bagi Jacqueline, “jika ada kesepakatan dengan negara tempat kejahatan dilakukan, orang Brasil itu dapat diekstradisi untuk penerapan hukum nasional”.

“Jika investigasi menyimpulkan bahwa pria ini melakukan kejahatan homofobia, dia memang bisa diekstradisi untuk menjalani hukumannya di Brasil”, tambahnya.

Ketika berbicara tentang penangkapan di flagrante delicto, pengacara tersebut mengatakan bahwa tindakan tersebut ada “untuk menghentikan tindakan kejahatan. Dalam hal ini, itu tidak berlaku lagi. Namun demikian, pasal 282 KUHAP mengatur tentang penerapan tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya tindak pidana baru”, tegasnya lagi. “Artinya, ada kemungkinan MPF ​​meminta agar dia dilarang berdakwah, jika dia paham, misalnya, ada riwayat melakukan kejahatan semacam itu.”

Pada Senin (3), nama evangelis bergema di internet. Dalam kebaktian yang diadakan pada hari Minggu (2), di Gereja Baptis Lagoinha, di Orlando (AS), Valadão berbicara tentang tema banjir dan konteks alkitabiah tentang kehancuran umat manusia dalam terang kitab Kejadian.

Valadão juga berbicara tentang pernikahan sesama jenis dan seksualisasi anak-anak. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "media telah bersatu untuk mencoba menghancurkan kekristenan" dan bahwa telah ada sistem sejak zaman kuno untuk "membungkam suara Tuhan di bumi".

Kutipan pesannya, bagaimanapun, didistorsi oleh netizen untuk membuatnya seolah-olah Valadão mendorong genosida terhadap populasi LGBT: “Kemudian Tuhan berkata: 'Saya tidak bisa lagi, saya sudah meletakkan pelangi itu di sana, jika saya bisa, saya akan melakukannya. bunuh semuanya dan mulai dari awal lagi. Tapi saya sudah berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak bisa, jadi sekarang terserah Anda,'” kata pemimpin agama dalam potongan yang digunakan oleh para kritikus.

Pelangi, yang disebut-sebut olehnya, adalah simbol persekutuan antara Sang Pencipta dan makhluk, sebagai jaminan bahwa Tuhan tidak akan pernah lagi memusnahkan seluruh umat manusia dengan air bah yang lain, menurut tulisan kitab suci.

Go up